Ibu
dimataku adalah sosok wanita yang sangat kuat dan tegar. Tidak pernah mengenal
lelah dan mengeluh. Dengan kekuatan cintanya dia mampu mengurus rumah, mengurus
kami anak-anaknya, dan membantu ayah mengurus kebun, ladang dan sawah.
Dibalik semua itu dia memiliki kelembutan,
yang mampu memberikan ketenangan saat aku berada di dekatnya. Memberikan rasa
nyaman dan damai saat aku berada dalam pelukannya. Tatapan matanya mampu
menyejukan hati. Dia membimbing dan membesarkanku dengan penuh cinta dan kasih.
Saat
aku bahagia, ibu adalah orang pertama
yang akan ikut bahagia. Saat aku bersedih beliau akan mengusap air mataku.
Dengan tutur katanya yang lembut dan gurauannya yang mencoba untuk menggodaku
akan mengembalikan senyumanku.
Saat
aku sakit, ibu dengan kesabaran dan ketelatenannya akan mengurus dan merawatku
sampai aku sembuh. Terkadang beliau sendiri tidak pernah menghirau rasa lelah
pada dirinya. Saat beliau sakit pun tidak pernah mau tinggal diam. Dia tetap
melaksanankan tugas rutinnya sebagai seorang ibu.
Ibuku
adalah seorang manager handal yang mampuh mengolah dan mengatur keuangan
keluarga. Saat perekonomian keluarga mengalami kemunduran karena hasil panen
yang didapat tidak memuaskan. Ibu dengan sigap akan berusaha mencari uang tambahan,
agar kami bisa tetap sekolah dan tidak kekurangan sandang pangan.
Aku
masih ingat saat, perkebunan ayah hancur diserang oleh gajah. Dan saat itu
ekonomi keluargaku benar-benar hancur. Ibu tetap tegar dan berusaha membuka
warung kecil-kecilan dan mengatur keuangan yang ada agar tetap mencukupi untuk
biaya sekolah dan kebutuhan hidup sehari-hari.
Satu
hal yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidupku. Pagi itu ibu memasak nasi
hanya sedikit, karena persedian beras kami habis. Ibu membagikan nasi ke piring
kami dan ayah. Dan piring ibu tidak terisi. Dengan senyum yang masih mengembang
dari bibirnya, dia menyuruh kami untuk makan. Ibu bilang kalau dia masih
kenyang karena tadi malam sahur dan hari ini akan puasa sunah hari Senin. Saat
itu aku tahu kalau ibu berbohong. Aku hanya bisa menatap ibu dengan linangan
air mata. Saat itu ingin rasanya aku menjerit, aku tak sanggup melihat
penderitaan ibu. Walau pun beliau tidak pernah memperlihatkannya.
4 komentar:
kalau membahas tentang ibu memang tidak ada habisnya ya bunda, karena memang tidak bisa dibalas semua kebaikan ibu itu.
Iya memang betul Mas Aulia Rahman, karena cinta kasih ibu tidak akan lekang sepanjang masa. terima kasih ya Mas atas kunjungannya.
Cinta Ibu bahkan tiga kali lebih diutamakan dari pada cinta bapak., hehe. Semoga kelak menjadi ibu saya akan dicintai dengan cinta yang banyak :D
Betul sekali mbak Herriyati, amin semoga kelak saat anda menjadi seorang ibu, menjadi ibu yang baik. Sehingga dicintai oleh seluruh anggota keluarga.
Posting Komentar