Sabtu, 05 Januari 2013

Cinta Kasih Ibu



Cinta Kasih Ibu
Ibu dimataku adalah sosok wanita yang sangat kuat dan tegar. Tidak pernah mengenal lelah dan mengeluh. Dengan kekuatan cintanya dia mampu mengurus rumah, mengurus kami anak-anaknya, dan membantu ayah mengurus kebun, ladang dan sawah.

 Dibalik semua itu dia memiliki kelembutan, yang mampu memberikan ketenangan saat aku berada di dekatnya. Memberikan rasa nyaman dan damai saat aku berada dalam pelukannya. Tatapan matanya mampu menyejukan hati. Dia membimbing dan membesarkanku dengan penuh cinta dan kasih.

Saat aku bahagia, ibu adalah orang  pertama yang akan ikut bahagia. Saat aku bersedih beliau akan mengusap air mataku. Dengan tutur katanya yang lembut dan gurauannya yang mencoba untuk menggodaku akan mengembalikan senyumanku.

Saat aku sakit, ibu dengan kesabaran dan ketelatenannya akan mengurus dan merawatku sampai aku sembuh. Terkadang beliau sendiri tidak pernah menghirau rasa lelah pada dirinya. Saat beliau sakit pun tidak pernah mau tinggal diam. Dia tetap melaksanankan tugas rutinnya sebagai seorang ibu.

Ibuku adalah seorang manager handal yang mampuh mengolah dan mengatur keuangan keluarga. Saat perekonomian keluarga mengalami kemunduran karena hasil panen yang didapat tidak memuaskan. Ibu dengan sigap akan berusaha mencari uang tambahan, agar kami bisa tetap sekolah dan tidak kekurangan sandang pangan.

Aku masih ingat saat, perkebunan ayah hancur diserang oleh gajah. Dan saat itu ekonomi keluargaku benar-benar hancur. Ibu tetap tegar dan berusaha membuka warung kecil-kecilan dan mengatur keuangan yang ada agar tetap mencukupi untuk biaya sekolah dan kebutuhan hidup sehari-hari.

Satu hal yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidupku. Pagi itu ibu memasak nasi hanya sedikit, karena persedian beras kami habis. Ibu membagikan nasi ke piring kami dan ayah. Dan piring ibu tidak terisi. Dengan senyum yang masih mengembang dari bibirnya, dia menyuruh kami untuk makan. Ibu bilang kalau dia masih kenyang karena tadi malam sahur dan hari ini akan puasa sunah hari Senin. Saat itu aku tahu kalau ibu berbohong. Aku hanya bisa menatap ibu dengan linangan air mata. Saat itu ingin rasanya aku menjerit, aku tak sanggup melihat penderitaan ibu. Walau pun beliau tidak pernah memperlihatkannya.

4 komentar:

Anonim mengatakan...

kalau membahas tentang ibu memang tidak ada habisnya ya bunda, karena memang tidak bisa dibalas semua kebaikan ibu itu.

Unknown mengatakan...

Iya memang betul Mas Aulia Rahman, karena cinta kasih ibu tidak akan lekang sepanjang masa. terima kasih ya Mas atas kunjungannya.

Ave Ry mengatakan...

Cinta Ibu bahkan tiga kali lebih diutamakan dari pada cinta bapak., hehe. Semoga kelak menjadi ibu saya akan dicintai dengan cinta yang banyak :D

Unknown mengatakan...

Betul sekali mbak Herriyati, amin semoga kelak saat anda menjadi seorang ibu, menjadi ibu yang baik. Sehingga dicintai oleh seluruh anggota keluarga.