Minggu, 13 Januari 2013

Kejora Yang setia berpijar

  Buku antalogi Puisi Kejora yang Setia Berpijar. Dengan tema Pahlawan di mataku. Pahlawan di mata para penyair. Karena sesungguhnya pahlawan bukan hanya orang yang berperang melawan para penjajah. Tapi siapa pun bisa menjadi pahlawan. Bagi yang penasaran dengan isi buku antalogi puisi ini. Langsung saja pesan
 Bagi yang berminat untuk membeli buku antologi puisi "Kejora yang Setia Berpijar,"
Hasil karya dari 50 Penyair muda Indonesia. Harga per eksemplar Rp 45.000 (belum termasuk ongkos kirim). Pemesanan buku silakan hubungi nomor 081259821511 atau kirim pesan melalui email forumaktifmenulis@yahoo.com. Salam santun, salam karya
 
 

Sabtu, 05 Januari 2013

Cinta Kasih Ibu



Cinta Kasih Ibu
Ibu dimataku adalah sosok wanita yang sangat kuat dan tegar. Tidak pernah mengenal lelah dan mengeluh. Dengan kekuatan cintanya dia mampu mengurus rumah, mengurus kami anak-anaknya, dan membantu ayah mengurus kebun, ladang dan sawah.

 Dibalik semua itu dia memiliki kelembutan, yang mampu memberikan ketenangan saat aku berada di dekatnya. Memberikan rasa nyaman dan damai saat aku berada dalam pelukannya. Tatapan matanya mampu menyejukan hati. Dia membimbing dan membesarkanku dengan penuh cinta dan kasih.

Saat aku bahagia, ibu adalah orang  pertama yang akan ikut bahagia. Saat aku bersedih beliau akan mengusap air mataku. Dengan tutur katanya yang lembut dan gurauannya yang mencoba untuk menggodaku akan mengembalikan senyumanku.

Saat aku sakit, ibu dengan kesabaran dan ketelatenannya akan mengurus dan merawatku sampai aku sembuh. Terkadang beliau sendiri tidak pernah menghirau rasa lelah pada dirinya. Saat beliau sakit pun tidak pernah mau tinggal diam. Dia tetap melaksanankan tugas rutinnya sebagai seorang ibu.

Ibuku adalah seorang manager handal yang mampuh mengolah dan mengatur keuangan keluarga. Saat perekonomian keluarga mengalami kemunduran karena hasil panen yang didapat tidak memuaskan. Ibu dengan sigap akan berusaha mencari uang tambahan, agar kami bisa tetap sekolah dan tidak kekurangan sandang pangan.

Aku masih ingat saat, perkebunan ayah hancur diserang oleh gajah. Dan saat itu ekonomi keluargaku benar-benar hancur. Ibu tetap tegar dan berusaha membuka warung kecil-kecilan dan mengatur keuangan yang ada agar tetap mencukupi untuk biaya sekolah dan kebutuhan hidup sehari-hari.

Satu hal yang tidak akan pernah terlupakan seumur hidupku. Pagi itu ibu memasak nasi hanya sedikit, karena persedian beras kami habis. Ibu membagikan nasi ke piring kami dan ayah. Dan piring ibu tidak terisi. Dengan senyum yang masih mengembang dari bibirnya, dia menyuruh kami untuk makan. Ibu bilang kalau dia masih kenyang karena tadi malam sahur dan hari ini akan puasa sunah hari Senin. Saat itu aku tahu kalau ibu berbohong. Aku hanya bisa menatap ibu dengan linangan air mata. Saat itu ingin rasanya aku menjerit, aku tak sanggup melihat penderitaan ibu. Walau pun beliau tidak pernah memperlihatkannya.