Kamis, 19 Juli 2012

Apa Salah Kami Mah?

            Trauma yang kualami sejak kecil, hingga dewasa sekarang masih melekat dalam ingatkanku dan tak mudah untuk kulupakan begitu saja. Yang membuat hatiku teramat sakit karena mamaku sendiri yang menorehkan luka ini dihatiku.


          Maya kecil yang seharusnya dimanja - manja dan disayang - sayang oleh mama, bahkan mungkin untuk kebanyakan orang tua anak pertama itu menjadi kebanggaan dan menjadi tumpuan perhatian dan kasih sayang, tetapi sayangnya itu tidak kualami dan tidak kurasakan.  


          Mamaku entah dengan alasan apa dia telah menterlantarkan aku dan adikku, padahal hubungan mama dan papa baik - baik saja dan merekapun menikah atas dasar cinta, tetapi mengapa mama seperti tidak menginginkan kehadiran  kami dalam hidupnya.

  
           Maya yang masih bayi tidak pernah dibawa kedokter, puskesmas atau posyandu untuk diimunisasi, mungkin hanya imunisasi pertama yang kudapatkan yaitu imunisasi yang kudapatkan saat aku baru dilahirkan, bukan karena masalah materi karena papaku seorang wiraswastawan yang cukup berhasil, makanya papa sering meninggalkan kami untuk urusan bisnisnya diluar kota, sehingga papa tidak pernah tahu perlakuan mama kepadaku.


          Tubuhku sangat kurus karena aku sering terserang diare dan tubuhku sangat rentan oleh penyakit, saat aku berusia 2.5 tahun aku belum bisa berjalan dan belum bisa bicara, hingga suatu hari tiba - tiba badanku terkena panas tinggi dan kejang - kejang, untung waktu itu papa sedang ada di rumah, sehingga dengan sigapnya papa membawaku ke rumah sakit.


          Aku sempat koma 3 hari, disaat aku koma itulah tante dari papaku datang, mama dan papaku habis - habisan dimarahi oleh tanteku, "kalau kalian tidak bisa mengurus anak ini, nanti kalau dia sembuh b iar aku yang mengurusnya," ujar tanteku dengan geramnya sedang papa sama mama hanya tertunduk diam, rupanya tenteku mencari tahu semuanya dari pembantu kami.


         Tiga hari sudah aku koma, tanteku menangis tersedu - sedu sambil menggenggam tangan mungilku," Maya cepat sembuh yach sayang....nanti kalau sudah sembuh Maya tinggal sama tante saja, tante tidak tega melihat keadaan kamu seperti ini nak." Tantepun berdoa pada Allah " ya ...Allah seandainya anak ini masih bisa sembuh, sembuhkanlah dia dan biarkan hamba yang merawatnya, namun bila sudah tak mungkin lagi untuk sembuh, ambilah dia ya ....Allah, tapi jangan siksa dia seperti ini." Tiba - tiba tangan mungilkupun bergerak dan tantekupun sangat bahagia, akhirnya akupun siuman dari koma.



         Tapi ternyata penderitaanku tidak hanya sampai disitu, karena umurku sudah 2.5 tahun lebih belum bicara tante memeriksakanku ke THT, ternyata dari situ diketahui bahwa aku memiliki masalah dengan pendengaranku itu yang menyebabkan aku tidak bisa berbicara, gangguan pada pendengaranku bukan bawaan dari lahir, dokter bilang karena aku sering kena panas tinggi, atau mungkin ada kesalahan waktu mama memandikan aku dan membersihkan kupingku, seharusnya orang tuaku mengetahui ini sejak awal, dan akupun harus rutin terapi, kalau tidak aku akan menjadi tuna rungu dan tuna wicara . Begitu telatennya tanteku selain ke THT aku juga dibawa ke ahli gizi, aku bisa dibilang kekurangan gizi, sehingga badanku sangat kurus dan kakiku tak cukup kuat untuk berjalan, karena belum mendapatkan imunisasi akupun dibawa ke dokter anak setiap bulan untuk diimunisasi, tanteku betul- betul menjadi malaikat penolong bagiku, kalau tidak ada dia entah apa yang terjadi padaku, kemungkinan buruknya aku meninggal, kemungkinan lainnya aku akan menjadi anak cacat.


          Pada saat umurku 4 tahun aku sudah bisa berjalan dan pendengaranku pun mulai membaik, sehingga aku mulai bisa bicara, tapi yang kuherankan mamaku masih tetap tidak perduli denganku malah sepertinya sangat senang dengan tidak adanya aku disisinya.   Mamaku hamil lagi saat usiaku hampir 8 tahun, saat itu aku sudah duduk di kelas 3 SD, aku sudah tumbuh menjadi anak yang normal, alhamdulillah Allah telah menolong aku lewat tanteku tercinta.


          Aku sangat senang waktu mama melahirkan, ternyata mama memberiku adik laki - laki yang sangat tampan dan montok, aku sering diantarkan tanteku untuk menemui adik dan mamaku, atau kalau papa sedang tidak keluar kota papa yang menjemput aku pulang ke rumah, kalau malam aku kembali pulang ke rumah tante karena aku tetap saja tidak mau tidur di rumah mama, karena kulihat sikap ketidak pedulian mama.   Aku sangat bahagia sekali memiliki adik, seperti punya mainan baru, tetapi lagi - lagi aku kembali dibuat bingung dengan sikap mama, mamapun tidak mengurusi adikku sama seperti tidak mengurusku, dia hanya mengurusi kami kalau di depan papa, persis seperti ibu tiri, atau mungkin lebih kejam mamaku daripada ibu tiri.


          Karena sikap mama adikkupun sering sakit - sakitan, adikku mengalami persis seperti apa yang kualami, dia sering panas tinggi dan sering diare, tetapi badan adikku tidak kurus seperti aku dulu.  Saat adikku berumur 1.5 tahun tiba - tiba dia terkena diare tidak berhenti - henti, mama hanya memberi obat - obatan sekedarnya, setelah 3 hari terkena diare tiba - tiba badannya panas sangat tinggi, untung waktu itu tante datang ingin menjemputku sepulang dia kerja, sudah beberapa hari ini yang mengantar jemputku adalah pembantu.


         Alangkah terkejutnya tante melihat kondisi adikku, dia segera membawa adikku ke Rumah Sakit, adikkupun dirawat, dan lagi - lagi kejadian yang terjadi padaku terulang pada adikku, adikku koma dia sudah terlalu banyak kehilangan cairan, karena badannya gemuk dan kondisinya sudah parah suster bilang urat - urat nadinya sudah mengecil, suster kesulitan untuk memasang infus, akhirnya mengambil urat nadi dikaki , dengan cara membelek  daging kaki baru bisa menusukan jarum infus, tak bisa kubayangkan betapa menderita dan sakitnya adikku, aku dan tante menangis melihat pemandangan seperti itu, tapi tidak dengan mamaku, saat itu rasa benciku pada mama tak bisa kukendalikan lagi, kuberlari kearah mama, kupukuli mama dengan tangan kecilku.


          Disaat adikku koma , lagi - lagi tanteku berdoa, " ya....Allah seandainya anak ini masih bisa sembuh, sembuhkanlah dia tapi kalau sudah tidak bisa, ambilah dia ya ....Allah, daripada dia hidup menderita dengan orang tua yang tidak bertanggung jawab." Tante memegang tangan mungil adikku, sambil menciuminya, " Iman sayang kamu masih kuat nak? Kalau kamu masih kuat bangunlah sayang, tapi kalau kamu sudah tidak kuat lagi, pergilah....kembalilah pada-Nya, Allah lebih menyayangimu daripada Mamamu, " tiba - tiba tangan mungil yang sedang digenggam tanteku terkulai lemas, adikku telah pergi......


         Aku sangat terpukul dengan semua ini apalagi sejak kepergian adikku, kali ini tante sama sekali tidak mengijinkan aku untuk ke rumah mama, dia takut aku mengalami hal yang sama dengan adikku, tapi sesungguhnya tanpa dilarang sama tantepun aku tidak ingin bertemu dengan mama, kepergian adikku begitu menorehkan luka dihatiku, dan menyematkan rasa benciku pada mama, okelah aku bisa memaafkan perlakuan mama kepadaku, tapi tidak dengan perlakuannya kepada adikku yang menyebabkan kepergian adikku.


        Sejak meninggalnya adikku dan kesibukan tante ditempat kerjanya yang tidak bisa ditinggalkan,  akhirnya tantepun memutuskan untuk membawaku ke Medan dan disana aku tinggal bersama nenek dan kakekku dari papaku, akupun hidup tentram jauh dari mamaku, walaupun bayangan - bayangan yang menyakitkan dimasa lalu sering kali muncul, tetapi pendidikan agama yang kudapatkan bisa sedikit demi sedikit meredamnya. Hanya satu pertanyaan yang sampai saat ini masih menari - nari dibenakku, pertanyaan itu untuk mamaku, APA SALAH KAMI MAH???? Mengapa mama begitu tega pada kami????. 

6 komentar:

Anonim mengatakan...

Ya allah tega banget ibu seperti itu sama anak kandung darah daging sendiri...sampe seperti itu perlakuannya g ada perhatian sama prikeIbuannya...
Klo ada org tua kaya gitu ,Saya laporin sama Kak Seto...
Tapi teh leni teu sepertos ibu d ataskan...?

Unknown mengatakan...

Sebetulnya yang lebih tega juga banyak, ada juga yang tega menjual anak kandungnya sendiri, kalau aku yang seperti itu aku gak akan bikin cerpennya :-)

Anonim mengatakan...

Kasih sayang dan perhatian seorang ibu adalah segalanya bagi anak - anaknya.

Unknown mengatakan...

Betul sekali seorang ibu adalah tempat bernaung dan berlinsung bagi anak2 nya

Ar-Rizky mengatakan...

ternyata g selama ibu tiri yang kejam, ibu kandung juga ada yg kejam.. :D

Unknown mengatakan...

Pada kenyataannya memang ada jg ibu kandung yang kejam, bahkan ada yang tega sampai menjual buah hatinya sendiri :-D, makasih ya Rizky atas kunjungannya.