Sabtu, 29 Desember 2012

Antalogiku di 2012

Seluruh buku antalogiku, hasil karyaku di tahun 2012.
Semoga di tahun-tahun berikutnya aku semakin semangat untuk berkarya.
Semoga hasil karyaku bermanfaat bagi pembacanya. Aku akan berusaha
untuk memberikan yang terbaik. Salam Karya.



Minggu, 23 Desember 2012

Antalogi

Antalogi Ke 5  Surat Kecil Untuk Ibu bersama DK Publishing



















Antalogi ke-6, Semua Bisa jadi Pahlawan bersama GP publishing








Selasa, 18 Desember 2012

Oh....My Dear

Jemari jemari kecilnya menari nari diwajahku,menjelajahi setiap lekuk wajahku, kecupan2 lembutnya mendarat dikening,pipi dan hidungku,tatapan polosnya menggodaku,tangan kecilnya memelukku, direbahkan kepalanya didadaku,suaranya berbisik memanggilku ibu........ Rasa lelah dan penatku setelah kerja seharian hilang mendengar tawanya yg riang dan menatap wajahnya yg tenang duhai buah hatiku sayang.

Laki-Laki Aneh Yang Menyebalkan




Saat aku kelas 2 SLTA, aku pindah sekolah ke SMAN 1 Kota Agung Lampung Selatan. Sebagai anak baru aku harus pandai-pandai beradaptasi dengan teman dan lingkungan baruku.
Teman sebangkuku bernama Yuli dia sedang naksir anak kelas 2 Bahasa. Dia bilang anaknya tampan dan cool. Dan dia berjanji kepadaku jika anaknya lewat depan kelas kami dia akan memberitahuku.
Betul saja begitu si anak lewat depan kelas kami dia langsung memberitahuku, kebetulan anak itu lewat bersama temannya. Memang betul apa yang dia bilang kalau anak Bahasa yang dia incar itu memang tampan. Sedangkan teman yang berjalan besamanya  wajahnya sangat bertolak belakang. Maka teman kami yang bernama Yati bilang. “Kenapa kamu gak naksir temannya saja Yul.” Seketika Yuli marah-marah, melihat sikapnya seperti itu tawa kami pun meledak. Hal itu membuat kedua orang yang sedang kami bicarakan menoleh ke arah kami. Itu membuat kami berhenti tertawa. Tapi tidak bisa menyembunyikan senyum kami.
Kejadian itu seketika dapat kami lupakan, karena kami rasa itu hanya candaan semata, jadi tidak penting untuk diingat.
Hingga saat malam Minggu tiba. Aku yang sedang asyik tidur-tiduran di kamar sambil membaca novel. Tiba-tiba ibu memanggiku dan bilang kalau ada temanku yang datang. Aku sempat heran, “teman? Siapa temanku datang dimalam Minggu begini? Aku belum mempunyai banyak teman karena baru satu minggu sekolah.” Celotehku dalam hati.
“Bu, yang datang laki-laki atau perempuan?” tanyaku.
“Laki-laki, dua orang tuh sudah nunggu di depan.”
“Hah ... laki-laki? Siapa?” karena penasaran aku langsung bergegas ke teras depan.
Saat aku melihatnya, aku merasa bingung. “Siapa yah laki-laki ini? Sepertinya aku pernah melihatnya? Tapi dimana?” pertanyaan-pertanyaan itu berkecambuk dalam hatiku.
“Maaf Mas, Mas ini siapa yah?” tanyaku pada kedua laki-laki yang kini sudah duduk di depanku.
“Akukan teman satu sekolah kamu, masa kamu gak inget sih?” jawab laki-laki yang terlihat sangat cupu. Dengan baju kemeja yang dikancing sampai leher, rambut dibelah tengah dan terlihat sangat kelimis. Berkulit hitam dan memakai minyak wangi yang baunya sangat menyengat hidung, membuat perutku menjadi mual.
“Maaf ya Mas, aku anak baru dan baru seminggu masuk sekolah. Jadi aku belum kenal semua, jangankan yang beda kelas, yang satu kelas pun aku belum kenal semuanya.” Kataku sambil terus memperhatikan dandanan cowok itu yang terasa sangat aneh. “Di jaman sekarang ini, kok masih ada ya orang yang seperti ini,” pikirku dalam hati.
“Ah ... Mbak ini lupa, apa pura-pura lupa?” katanya sambil tersenyum genit kepadaku. Tingkahnya itu membuat bulu kudukku jadi merinding. Dan berkali-kali aku mengucapkan “amit-amit” dalam hati.
“Maaf Mas, apa yah maksudnya? Aku beneran gak kenal sama Mas dan aku gak ngerti apa maksud ucapan Mas tadi?” kali ini nadaku agak meninggi karena agak  jengkel.
“Mbak ... akukan sering lewat depan kelas Mbak, dan setiap aku lewat. Kulihat mbak selalu memperhatikanku sambil senyam-senyum. Itu berarti Mbak diam-diam naksir aku. Jadi aku datang ke rumah Mbak maksudnya mau bilang. Kalau Mbak naksir sama aku bilang aja, gak usah malu-malu.” Kata cowok itu sambil terus bertingkah genit.
“Gubrak.” Aku langsung tidak bisa berkata-kata. Aku hanya bisa berulang-ulang mengucapkan Istighfar dalam hati. “ Ya ... Allah, mimpi apa aku yah? Kok tiba-tiba aku mengalami hal yang seperti ini, jangankan mau naksir cowok ini. Ngeliatnya aja “enggak banget deh.” Celotehku dalam hati. Tapi aku langsung ingat kejadian waktu Yuli memberitahuku laki-laki yang menjadi incarannya. Berarti laki-laki yang di depanku ini temannya.
“Maaf ... Mas, Mas salah pengertian. Teman aku naksir temannya Mas, bukan aku naksir Mas.”
“Ah ... Mbak ini suka malu-malu. Sekarangkan gak ada teman Mbak, jadi terus terang saja kalau Mbak suka sama saya.”
“Terserah mas deh, mau percaya apa Gak. Yang jelas aku gak suka sama Mas, titik.” Kataku dengan nada tinggi karena sudah tidak bisa menahan emosiku lagi. Dan aku segera pergi meninggalkan laki-laki itu dengan perasaan jengkel yang luar biasa.
Keesokan harinya kedatangan laki-laki aneh yang menyebalkan itu, kuceritakan pada Yuli dan Yati. Untuk kali ini akulah yang menjadi bahan tertawaan mereka. “Huh ... aku jadi sebel, sudah jatuh tertimpah tangga pula.” Gerutuku.

Pengobatan Kelenjar Teroid Dengan Habatusauda



Setelah melahirkan anak kedua , tiba-tiba tumbuh  dua benjolan sebesar baso di leherku. Aku periksa ke dokter umum langgananku,  benjolan itu dipegang oleh dokter, lalu aku disuruh menelan ludah dan benjolan itu ikut bergerak. Dia langsung bilang kepadaku kelenjar teroidku membengkak.
Dokter memberiku obat dan antibiotik, dia bilang kalau dengan minum obat tersebut kelenjarku menghilang atau mengecil, dia menyuruhku untuk kembali berobat padanya jika obatnya sudah habis. Tapi kalau tidak ada perubahan aku dianjurkan untuk konsultasi dan berobat ke dokter ahli bedah dalam, dan dia pun memberikan surat rujukannya.
Setelah satu Minggu obat dari dokter pun habis, tapi ternyata tidak terjadi perubahan apa-apa pada benjolanku. Aku pun mulai resah, berarti aku harus berhubungan dengan dokter ahli bedah dalam. Langsung  terbayang  kemungkinan terburuk yang akan kualami, operasi. Hal itu yang paling kutakutkan.
Suamiku terus mendesakku agar segera periksa ke dokter ahli bedah dalam, sementara aku sibuk memutar otak, mencari cara agar tidak berhubugan dengan dokter tersebut. Tiba-tiba terlintas dalam benakku untuk mencoba obat-obatan herbal. Aku memeinta tolong suamiku untuk mencarikan di internet obat herbal yang bisa menyembuhkan kelenjar teroid. Suamiku bilang yang gampang didapat adalah Habatusauda dan Mahkota Dewa.
Sebetulnya suamiku ragu akan keputusanku  mengunakan obat herbal untuk penyembuhan ini, dia khawatir cara ini tidak berhasil, sementara kelenjar teroidku semakin hari akan semakin membesar. Tapi aku berusaha untuk meyakinkannya. Dengan berusaha dan berdoa Insya Allah semuanya akan bisa kita atasi, dengan ijinNya aku pasti bisa.
Aku memilih Habatusauda karena  lebih mudah didapat  dan mudah diminum karena berbentuk kapsul. Saat suamiku membelinya, si penjual menyarankan kalau untuk pengobatan,  minum minimal lima kapsul, sehari 3 kali.
Aku mulai mengkonsumsi Habtusauda sesuai anjuran si penjual. Dua minggu berlalu, belum ada perubahan apa pun pada benjolanku, tapi aku merasa ukurannya masih tetap, tidak semakin membesar. Sebulan sudah kini aku mengkonsumsi Habatusauda, walau pun ukurannya masih tetap sama tapi aku merasa benjolanku jadi agak lembek.
Setelah satu bulan setengah berlalu, aku merasakan sakit disekitar telinga dan rahang . Saat kukatakan hal itu kepada suamiku, dia semakin cemas. Dia menganjurkanku untuk segera konsultasi ke dokter ahli bedah dalam. Tapi aku tetap pada pendirianku. Aku percaya aku pasti bisa melalui semuanya tanpa harus ke dokter bedah dalam apalagi sampai operasi.
Dua bulan kurang satu minggu aku mengkonsumsi  Habatusauda, berbotol-botol  sudah kuhabiskan. Sore itu aku sedang ngobrol  dengan suamiku, tak sengaja tanganku meraba benjolan di leherku, aku merasa dia sudah mengecil dan saat dipegang lembek, tapi aku semakin merasakan sakit di telingaku.
Aku bilang pada suamiku tentang hal itu, dia tetap menyarankanku untuk ke dokter. Malamnya karena merasakan sakit di telinga dan rahang atasku setelah minum Habatusauda aku tidur.
Keesokan harinya aku sudah tidak merasakan sakit lagi. Saat kupegang leherku ternyata benjolan itu sudah tidak ada. Alhamdulillah akhirnya benjolan itu hilang juga. Aku bersyukur karena aku bisa melewati semuanya. Saat ini untuk pencegahan aku masih tetap meminumnya hanya 3 butir sebelum tidur.