Sabtu, 09 Juni 2012

Sebuah Cerpen Untuk Sahabat

Aku mempunyai seorang sahabat yg sangat manis dan periang, dia orang yg energik dan pemberani.
 ani, klu bicara apa adanya ceplas ceplos.


Kami memulai persahabatan kami sejak kls 1 smp, tepatnya kami bersahabat itu bertiga, aku, nining dan wati, sahabat yg aku ceritakan ini bernama wati, dia berambut ikal wajahnya bulat, bermata bulat pula. Hari2 kami lalu di kls 1 smp dengan penuh canda tawa, walaupun kami sering saling meledek satu sama lain tapi tak pernah ada yg kami ambil hati, akhirnya kamipun naik ke kls 2 smp, hari2 pertama kami lalui dgn riang, kls kami menang perlombaan Maulid Nabi dan lomba memasak, alangkah bahagianya kami, kulihat tawanya begitu bahagia.


  Beberapa minggu menjelang caturwulan pertama kami di kls 2, pagi itu kuliat wati tdk msk sekolah, aneh...karena kami bertiga tidak paernah bolos sekolah, walikelas kami blng klu wati tidak msk sekolah krn sakit, sehari...dua hari....akhirnya satu minggu sudah berlalu watipun blm masuk sekolah jg, akhirnya kami sekelas memutuskan untuk menjenguknya bersama2. Rumah wati kira2 satu km dari jln raya yg biasa dilewati kendaraan umum, untuk msk kedesanya kami harus menunggu delman atau ada kendaraan yg mau msk ke desa tsb, krn takut menunggu lama kamipun akhirnya memutuskan untuk jalan kaki, lumayan jauh jg sich, tp krn beramai2 tdk terasa akhirnya kami sampai jg.


 Alangkah terkejutnya aku melihat kondisi sahabatku yg tergeletak lemas ditempat tidur, dan seperti disambar petir rasanya saat kudengar penyakit apa yg dideritanya Flu Tulang dan kemungkinan untuk sembuh sangat kecil, kutatap sahabatku sambil berusaha menahan tangis, tapi anehnya tidak ada raut kesedihan diwajahnya, bicaranya masih seperti biasa ceplas ceplos, dan dia tetap riang seperti tdk terjadi apa2 pada dirinya, tapi justru itu yg membuat hatiku teriris, perih....sakit rasanya, akhirnya akupun takkuasa menahan tangis, akupun beringsut keluar,ternyata diluar sana teman2ku yg lainpun sedang menangis, kami tak tega melihat kondisi wati.


  Hari2 berlalu Wati tidak pernah masuk sekolah lg, aku dan Nining sering menjenguknya, tetap tidak ada perubahan dia tetap gadis yg manis dan periang, walaupun kondisinya makin memburuk. Tahunpun berganti akupun lulus smp dan melanjutkan ke slta, kondisi sahabat aku tidak menunjukan adanya perubahan, bisa diblng semakin lama semakin memburuk, krn kondisi ekonomi keluarganya yg sangat sederhana, maka
dia hanya dirawat dirumah dan minum obat sekedarnya.


 Aktifitasku di sma membuat aku jarang menjenguknya, sampai tiba waktunya kls 2 tiba2 ayah mengajaku pindah ke Lampung, seminggu sebelum kepindahanku, aku berkunjung ke rumah sahabatku, ya Allah....kondisinya sangatlah tidak memungkinkan bagiku tuk mengatakan kata perpisahan, tubuhnya kurus sekali tinggal tulang terbalut kulit, tp seperti biasa saat aku dan nining datang dia menyambut kami dengan wajahnya yg ceria, seperti tanpa beban dan tanpa rasa sakit, padahal aku tau sekali dia merasakan sakit yg teramat sangat,tp dia mampuh menyembunyikannya dihadapan kami sahabatnya,
 "knp kalian jarang menjenguk aku? pasti sibuk ya?" Aku hanya mengangguk sambil menundukan kepala.
" hebat dong klu kalian aktif, huh....pasti sangat menyenangkan," ujarnya lg, sambil tertawa riang, kali ini aku tak sanggup berkata2 ataupun memberi isyarat dgn anggota tubuhku, kubenamkan wajahku dalam2 dan isak tangiskupun tak dapat kubendung, tubuhnya yg kurus kupeluk dan akupun menangis sejadi- jadinya,
"hai ada apa ini tanyanya pdku? Apa kamu punya masalah?" Aku tak menjawab apapun, kecuali menangis dan terus menangis, diapun membiarkanku dalam tangisanku. Setelah reda dr tangisanku, kulepaskan pelukanku, kutatap dia dalam2 Subhanallah.....tak ada setetes air matapun yg keluar dan tak ada raut kesedihan diwajahnya, dia mencoba menghiburku sambil memperlihatkan setumpuk majalah kesukaan kami.
"aku pinjamkan beberapa biar kamu ga sedih lagi," ktnya,
"klu sdh selesai kamu kembalikan dan tukar dgn yg lain," aku tau maksudnya agar kami sering mengunjungi dia, kulirik nining dia hanya memberi isyarat kpdku untuk menerimanya, akupun menerima majalah2 itu dan kulihat senyum bahagia dibibirnya.
" nah gitu donk ingat jangan bersedih lg, Tetap Semangat dan Jangan Gampang menyerah," ujarnya sambil tersenyum.


   Niatku untuk berpamitanpun kandas sudah dan itu adalah pertemuanku yg terakhir dengannya. Sejak aku pindah ke Lampung aku lose contact dengan teman2 lamaku, aku jg tidak mengerti knp bisa begitu, mungkin krn kami tidak saling mencari satu sm lain, baru beberapa bulan terakhir aku menemukan kembali teman2 ku lewat facebook, aku kembali berhububgan dengan nining, dan mendapatkan kabar wati sudah meninggal 3 th yg lalu, aku hanya bisa menangis menyesali semuanya, tp kutau ini yg terbaik untuk sahabatku,kau tlah terlalu lama menderita karena penyakitmu, selamat jalan sahabat semoga amal ibadahmu diterima Allah SWT
.

6 komentar:

Budhi Insan mengatakan...

innalillahiwainnailaihirojiun...
ikut berduka dengan kepergian Wati.., semoga Wati diterima di sisi-Nya...

persahabatan memang teramat indah untuk dilupakan...

Unknown mengatakan...

subahanallah, berdebar keras jantungku membaca posting ini. wati, kalau aku boleh bilang dia termasuk manusia langka, jarang ada orang seperti dia di masa ini. dengan setulus hati ini, aku panjatkan doa kehadiaratNYA, semoga kesabaran dan ketabahan wati mendapatkan balasan yang terindah dariNYA .....

Unknown mengatakan...

Amin. YRB, terima kasih mas Insan Rabbani,
Memang betul mas persahabatan sangatlah indah dan tak dpt dilupakan, dan sahabatku ini juga yang membuatku semangat untuk menulis, karena dulu beliaulah yang paling semangat membaca tulisan2 aku.

Unknown mengatakan...

Amin mas Muhammad Ridwan terima kasih doanya, sahabat aku memang orang yang sangat luar biasa, walaupun keadaanya sangat meprihatinkan tetapi tidak pernah mengeluh dan bersedih, semangat hidupnya melebihi semangat orang yang sehat, moto di postingan aku itu adalah moto hidupnya.

Anonim mengatakan...

Sedih memang kehilangan seorang sahabat, sahabat yang telah lama kita kenal. Sahabat yang hanya bisa melalui media telepon genggam dan sebuah surat silaturahim tetap terjaga tanpa tatap muka, tapi kini telah dipanggil oleh sang Pecipta. Semoga Doa dari para sahabat bisa membantu meringankan dan memudahkan jalan Almarhum menuju syurga Ilahi

Unknown mengatakan...

Amin, makasih mas Aulia Rahman atas komentar dan kunjungannya.