Selasa, 18 September 2012

Hati Yang Terluka



Cinta yang telah terjalin selama 2 tahun begitu indah dan meninggalkan kenangan yang sangat manis, sebelum akhirnya semua menghancurkan dan meluluh lantahkan hatiku

Aku seorang mahasiwa disalah satu universitas negeri di jakarta, selain kuliah aku juga kursus bahasa Inggris dan Mandarin. Dityempat kursus bahasa Inggis aku bertemu seorang wanita cantik,  kami pun berkenalan dan dalam waktu kurang dari satu bulan kami pun resmi pacaran.

Hari - hari yang kami lalui begiru indah, Sinta adalah seorang wanita yang sangat dewasa dan mandiri, dia selalu memberiku suport untuk maju, selain itu dia pun seorang wanita yang penuh perhatian, aku merasa sangat beruntung bisa mendapatkan sosok seorang wanita yang sempurna seperti dia.

Aku sudah mengenal seluruh keluarganya, mereka semua begitu baik kepadaku , rasanya diriku sudah sangat mantap dan tak ingin menggantikan posisi Sinta dengan wanita mana pun, ingin rasanya aku segera menyelesaikan kuliahku, mendapat pekerjaan dan segera meminang pujaan hatiku.

Sinta selalu ingat akan momen - momen penting tak jarang dia memberiku kejutan dan hadiah,  sebuah jam tangan yang sangat indah itu adalah hadiah yang paling aku suka darinya karena dibalik jam itu terukir namaku dan namanya.

Tak terasa hubungan kami berjalan hampir dua tahun, selama itu tak pernah ada pertengkaran atau apa pun yang mengarah keretaknya hubungan kami.

Dua bulan lagi adalah ulang tahun  Sinta dan saat itu juga tepat 2 tahun hubungan kami, aku telah menyiapkan sebuah kejutan yang sangat indah, aku sudah tak sabar rasanya menanti saat itu.

Satu bulan sebelum hari ulang tahunnya Sinta berpamitan kepadaku dia akan pergi ke Jepara untuk beberapa Minggu, dia bilang kakeknya sedang sakit dan sebagai cucu paling tua dan paling disayang dia merasa bertanggung jawab untuk mengurus kakeknya, awalnya aku merasa  kecewa, tapi kupikir tak apalah, malah aku lebih bisa konsentrasi mempersiapkan surprice untuknya.

Sepasang cincin tunangan yang sangat indah telah kusiapkan, tempat yang sangat romantis pun telah kusiapkan, malam itu akan menjadi malam yang sangat bersejarah dalam hidupku, karena pada malam itu akan kupinang dia dan kusematkan sebuah cicin indah dijari manisnya.

Hari yang kutunggupun tiba, aku mencoba menelpon Sinta, apakah dia sudah pulang dari Jepara atau belum? dia bilang padaku, baru tadi pagi dia sampai Jakarta, aku bilang padanya kalau nanti malam aku akan menjemputnya untuk mengajaknya makan malam,  dia mempesilahkan aku untuk datang ke rumahnya.

Dengan perasaan rindu yang menggebu tak sabar rasanya aku ingin segera sampai ke rumah Sinta, sesampainya disana seperti biasa keluarganya menyambut kedatanganku dengan hangat.

"Sinta sedang mandi, tunggu aja di ruang tamu Dre," kata mamanya sambil tersenyum.
"Makasih tante." kataku sambil duduk.

Seorang laki - laki tampan yang baru pertama kali kulihat menghampiriku dan mengajakku berkenalan.
" Hallo, temannya Sinta? kenalkan aku Hendri." katanya seraya tersenyum sambil menjabat tanganku, belum sempat aku bicara, tiba - tiba Sinta muncul dihadapan kami, dia duduk disebelah Hendri, pemandangan itu sedikit janggal bagiku, tiba - tiba hatiku bertanya - tanya "siapa Hendri sebenarnya???" tanyaku dalam hati.

"Mas teman kuliahnya shinta?" tiba - tiba pertanyaan laki - laki itu membuyarkan lamunanku.
"Bukan, teman kursur?" kataku sambil sesekali memandang ke arah sinta yang sedari tadi hanya diam, tiba - tiba lelaki itu menggengam tangan Sinta dan menciumnya mesra, bumi tempatku berpijak ini seolah akan runtuh, dadaku bergemuruh hebat entah perasaan apa yang kurasakan saat itu.

"Oh...iya saya lupa, kenalkan mas saya suaminya Sinta, kami baru 2 minggu menikah,kami berpacaran sejak masih SLTA, sebelum aku melanjutkan kuliah di luar negeri kami bertunangan, dan setelah kuselesaikan semuanya kami tak ingin membuang waktu, kami pun langsung menikah, kata laki - laki itu serasa merangkul dan mencium mesra kening Sinta, seakan disambar petir disiang bolong rasanya, aku tak mampuh berkata apa - apa, kalau tidak mengingat diriku adalah seorang laki - laki ingin rasanya aku menangis sejadi - jadinya, ingin rasanya kumaki Sinta yang telah membohongiku selama ini, apa salahku padanya?? kenapa dia setega ini padaku?? kenapa dia hancurkan hati, perasaan dan kepercayaanku kepadanya??? kenapa tidak dia bunuh saja aku sekalian??? agar dia benar - benar puas, tapi aku berusaha menguasai diri dan emosiku, aku mencoba tersenyum, aku sendiri tidak tahu senyuman seperti apa yang tersungging dari bibirku, senyuman yang terpapar dari sebuah hati yang tengah remuk redam.

"Selamat ya untuk kalian berdua, sekalian aku mau pamit," kataku seraya berdiri dan berlalu dari ruangan itu tanpa menoleh lagi.
"Andre..tunggu, aku ingin menjelaskan semuanya," tiba - tiba terdengar suara Sinta menghentikan langkahku.

"Semuanya sudah jelas, apalagi yang mau dijelaskan? lupakan semua yang sudah berlalu, semoga kamu berbahagia."kataku sambil terus berjalan, ingin rasanya aku menangis, menangisi kebodohan diriku  yang terlalu percaya dan terlalu yakin akan cintanya Sinta, selama ini aku tak menyadari kalau Sinta tak ubahnya bagaikan mawar berduri, begitu cantik dan indah untuk dipandang tapi akan menusuk dan melukai saat kita genggam, ditengah perjalanan aku teringat akan jam tangan yang diberikan Sinta untukku, dengan penuh emosi kucampakan jam itu sama seperti Sinta yang tanpa perasaan mempermainkan dan mencampakanku begitu saja.

Sejak saat itu aku mencoba untuk mawas diri, mungkin selama ini aku terlalu mencintai Sinta sehingga Allah menegurku, karena tak seharusnya aku mencintai sesama melebihi cintaku pada Sang Kholik.


2 komentar:

Alfiansyah mengatakan...

Itulah buah yg namanya "pacaran", padahal Allah melarang hal seperti itu..

Unknown mengatakan...

Hai ... Wahyu, makasih ya atas komentar dan kunjungannya :-)
Tenang aja ini cuma cerita kok :-)