Selasa, 18 Desember 2012

Laki-Laki Aneh Yang Menyebalkan




Saat aku kelas 2 SLTA, aku pindah sekolah ke SMAN 1 Kota Agung Lampung Selatan. Sebagai anak baru aku harus pandai-pandai beradaptasi dengan teman dan lingkungan baruku.
Teman sebangkuku bernama Yuli dia sedang naksir anak kelas 2 Bahasa. Dia bilang anaknya tampan dan cool. Dan dia berjanji kepadaku jika anaknya lewat depan kelas kami dia akan memberitahuku.
Betul saja begitu si anak lewat depan kelas kami dia langsung memberitahuku, kebetulan anak itu lewat bersama temannya. Memang betul apa yang dia bilang kalau anak Bahasa yang dia incar itu memang tampan. Sedangkan teman yang berjalan besamanya  wajahnya sangat bertolak belakang. Maka teman kami yang bernama Yati bilang. “Kenapa kamu gak naksir temannya saja Yul.” Seketika Yuli marah-marah, melihat sikapnya seperti itu tawa kami pun meledak. Hal itu membuat kedua orang yang sedang kami bicarakan menoleh ke arah kami. Itu membuat kami berhenti tertawa. Tapi tidak bisa menyembunyikan senyum kami.
Kejadian itu seketika dapat kami lupakan, karena kami rasa itu hanya candaan semata, jadi tidak penting untuk diingat.
Hingga saat malam Minggu tiba. Aku yang sedang asyik tidur-tiduran di kamar sambil membaca novel. Tiba-tiba ibu memanggiku dan bilang kalau ada temanku yang datang. Aku sempat heran, “teman? Siapa temanku datang dimalam Minggu begini? Aku belum mempunyai banyak teman karena baru satu minggu sekolah.” Celotehku dalam hati.
“Bu, yang datang laki-laki atau perempuan?” tanyaku.
“Laki-laki, dua orang tuh sudah nunggu di depan.”
“Hah ... laki-laki? Siapa?” karena penasaran aku langsung bergegas ke teras depan.
Saat aku melihatnya, aku merasa bingung. “Siapa yah laki-laki ini? Sepertinya aku pernah melihatnya? Tapi dimana?” pertanyaan-pertanyaan itu berkecambuk dalam hatiku.
“Maaf Mas, Mas ini siapa yah?” tanyaku pada kedua laki-laki yang kini sudah duduk di depanku.
“Akukan teman satu sekolah kamu, masa kamu gak inget sih?” jawab laki-laki yang terlihat sangat cupu. Dengan baju kemeja yang dikancing sampai leher, rambut dibelah tengah dan terlihat sangat kelimis. Berkulit hitam dan memakai minyak wangi yang baunya sangat menyengat hidung, membuat perutku menjadi mual.
“Maaf ya Mas, aku anak baru dan baru seminggu masuk sekolah. Jadi aku belum kenal semua, jangankan yang beda kelas, yang satu kelas pun aku belum kenal semuanya.” Kataku sambil terus memperhatikan dandanan cowok itu yang terasa sangat aneh. “Di jaman sekarang ini, kok masih ada ya orang yang seperti ini,” pikirku dalam hati.
“Ah ... Mbak ini lupa, apa pura-pura lupa?” katanya sambil tersenyum genit kepadaku. Tingkahnya itu membuat bulu kudukku jadi merinding. Dan berkali-kali aku mengucapkan “amit-amit” dalam hati.
“Maaf Mas, apa yah maksudnya? Aku beneran gak kenal sama Mas dan aku gak ngerti apa maksud ucapan Mas tadi?” kali ini nadaku agak meninggi karena agak  jengkel.
“Mbak ... akukan sering lewat depan kelas Mbak, dan setiap aku lewat. Kulihat mbak selalu memperhatikanku sambil senyam-senyum. Itu berarti Mbak diam-diam naksir aku. Jadi aku datang ke rumah Mbak maksudnya mau bilang. Kalau Mbak naksir sama aku bilang aja, gak usah malu-malu.” Kata cowok itu sambil terus bertingkah genit.
“Gubrak.” Aku langsung tidak bisa berkata-kata. Aku hanya bisa berulang-ulang mengucapkan Istighfar dalam hati. “ Ya ... Allah, mimpi apa aku yah? Kok tiba-tiba aku mengalami hal yang seperti ini, jangankan mau naksir cowok ini. Ngeliatnya aja “enggak banget deh.” Celotehku dalam hati. Tapi aku langsung ingat kejadian waktu Yuli memberitahuku laki-laki yang menjadi incarannya. Berarti laki-laki yang di depanku ini temannya.
“Maaf ... Mas, Mas salah pengertian. Teman aku naksir temannya Mas, bukan aku naksir Mas.”
“Ah ... Mbak ini suka malu-malu. Sekarangkan gak ada teman Mbak, jadi terus terang saja kalau Mbak suka sama saya.”
“Terserah mas deh, mau percaya apa Gak. Yang jelas aku gak suka sama Mas, titik.” Kataku dengan nada tinggi karena sudah tidak bisa menahan emosiku lagi. Dan aku segera pergi meninggalkan laki-laki itu dengan perasaan jengkel yang luar biasa.
Keesokan harinya kedatangan laki-laki aneh yang menyebalkan itu, kuceritakan pada Yuli dan Yati. Untuk kali ini akulah yang menjadi bahan tertawaan mereka. “Huh ... aku jadi sebel, sudah jatuh tertimpah tangga pula.” Gerutuku.

2 komentar:

Alfiansyah mengatakan...

Wah pengalaman yang menarik ya.. ^^
Susah juga kalo kelas 2 udah pindah SMA, banyak yg perlu disesuaikan, termasuk teman seperti itu..

Nice share, kunjung balik ^^

Unknown mengatakan...

Hehehe ... iya betul, tapi sekarang hal-hal seperti itu malah bisa jadi kisah unik untuk diceritakan. :-)