Sabtu, 28 Juli 2012

Surga Dibawah Telapak Kaki Ibu

Arman adalah anak yang pandai dan berprestasi, dari mulai SLTP sampai Kuliah dia mendapat bea siswa, seharusnya dia sekarang sudah mendapat pekerjaan yang enak. Tapi sayang prestasinya yang dia capai membuat dia menjadi durhaka kepada ibunya, dia merasa pintar sedangkan ibunya orang bodoh karena ibunya hanyalah pedagang sayuran keliling.


 Nasehat ibunya tidak pernah dia dengarkan, bahkan tak jarang bila dinasehati malah marah - marah dan membentak - bentak ibunya, si ibu hanya bisa mengelus dada dan kadang dia sampai menangis.


Arman dengan berbekalkan gelar Insinyur mencari pekerjaan kesana sini, dari melamar kerjaan lewat internet sampai melamar langsung ke perusahaan - perusahaan besar sampai perusahan kecil tapi hasilnya tetap nihil, semua berujung dengan penolakan.


 Setahun...dua tahun...tiga tahunpun sudah berlalu, Arman tidak juga mendapatkan pekerjaan, gelar Insinyur yang dia sandang seolah tidak ada artinya apa - apa, kepintaran yang selama ini dia banggakan juga tidak bisa menolongnya, dia menjadi seorang pengangguran.


 Si Ibu merasa prihatin melihat keadaan anaknya seperti itu, tapi sayangnya kesombongan Arman tidak juga hilang dengan keadaanya seperti sekarang ini dia tetap saja tidak menyadari kekeliruannya, dia malah menyalahkan ibunya yang membawa sial sehingga dia tidak kunjung juga mendapatkan pekerjaan.


Hati seorang ibu walaupun sering disakit oleh anaknya tetap saja selalu memaafkan tanpa harus dipinta, kasih sayang ibu tidak akan pudar sepanjang masa, si Ibu selalu mendoakan Arman dalam hatinya  tetapi tetap saja Arman belum juga mendapat pekerjaan.  Hati si ibu menjadi sangat sedih melihat anak tercintanya menjadi pengangguran, setiap hari sholat Dhuha dan meminta kepada Allah agar dibukakan pintu rezeki bagi anaknya, setiap malampun dia bangun melaksanakan sholat Tahajud dan memohonkan ampun bagi segala kesalahan - kesalahan anaknya. Tapi rupanya Allah belum membukakan juga pintu rezeki  bagi Arman, tetapi si ibu tidak pernah putus asa untuk selalu berdoa.


Suatu hari Arman bilang kepada ibunya minta uang dengan jumlah yang cukup besar kepada ibu untuk keperluan melamar pekerjaan, dia baca di koran ada sebuah perusahaan asing yang menerima lowongan pekerjaan.


Menadengar jumlah uang yang disebutkan Arman si ibu sangat kaget, hampir separuh dari modal dagangnya dia, tapi tidak apa - apalah yang penting anaknya berhasil, pikir si ibu dalam hati.   Besok anaknya akan melamar pekerjaan si ibu sepanjang malam tidak henti - hentinya berdoa dan memohon petunjuk kepada Allah agar anaknya diterima bekerja. Setelah sholat Subuh si ibu mencuci kakinya dengan segayung air, tetapi air cucian kakinya ditampung dalam sebuah baskom, setelah itu airnya dimasak dan dengan air itu dibuatnya segelas teh manis.


Arman sudah rapih dan siap - siap untuk berangkat melamar kerja, si ibu datang dengan segelas teh hangat, "minum dulu teh ini Man agar perutmu hangat, dan mudah - mudahan kamu diterima kerja nanti." Tanpa banyak bicara Armanpun meminum habis teh hangat yang diberikan ibunya, setelah itu dia berpamitan.


Sore hari Arman datang membawa kabar gembira bagi sang ibu, dia lolos saat test pertama di perusaan asing tempat dia melamar kerja, si ibupun sangat bersuka cita, tak henti - hentinya dia panjatkan rasa syukurnya kehadirat Illahi Rabbi, dan 2 hari lagi anaknya harus datang untuk tes ke 2.


Hari yang ditungupun tiba, seperti biasa sebelum anaknya berangkat test malamnya si ibu sholat tahajud dan tak henti - hentinya berdoa buat si anak, setelah sholat subuh si ibu kembali mencuci kakinya dan air cucian kakinya ditampung disebuah baskom lalu dimasak dan dibuatlah segelas teh dan teh tersebut diberikan kepada Arman sebelum dia berangkat test, dan lagi - lagi Arman lolos test ke 2 , dua hari lagi harus datang kembali untuk test yang ke 3.   Sebelum  Arman pergi untuk test yang ketiga si ibupun melakukan rutinitasnya membasuh kakinya dan membuatkan teh anaknya, dan alhamdulillah Arman diterima menjadi manager di perusahaan asing tersebut, berita ini sungguh membahagiakan bagi si ibu.


  Disuatu kesempatan si ibu memanggil Arman dan diajaknya berbicara. "Arman bersyukurlah pada Allah yang telah membukakan pintu rezekimu nak, ada satu hal yang ibu ingin bicarakan kepadamu, ridho Allah adalah ridho ibu, begitu juga sebaliknya ridho ibu adalah ridho Allah, janganlah kau menyakiti hati ibumu ini lagi sebab Allah akan murka kepadamu, bertobatlah nak, walaupun aku selalu memaafkanmu tetapi kalau tidak pernah terucap kata maaf dari mulutmu Allah tidak akan membukakan pintu maaf bagimu nak, sesungguhnya air teh yang aku berikan setiap kamu akan pergi test itu adalah air basuhan kakiku, mungkin karena itulah Allah telah membukakan pintu rezekimu, ibu hanya berharap kamu menjadi anak yang sholeh selalu rendah hati, menyadari semua kesalahanmu dan selalu minta maaf atas semua perbuatan yang telah kamu perbuat terhadap orang lain." Mendengar semua perkataan ibunya Arman langsung bersimpuh dikaki ibunya, dia meminta maaf atas semua kesalahan yang pernah dia perbuat terhadap ibunya.  

Kamis, 19 Juli 2012

Apa Salah Kami Mah?

            Trauma yang kualami sejak kecil, hingga dewasa sekarang masih melekat dalam ingatkanku dan tak mudah untuk kulupakan begitu saja. Yang membuat hatiku teramat sakit karena mamaku sendiri yang menorehkan luka ini dihatiku.


          Maya kecil yang seharusnya dimanja - manja dan disayang - sayang oleh mama, bahkan mungkin untuk kebanyakan orang tua anak pertama itu menjadi kebanggaan dan menjadi tumpuan perhatian dan kasih sayang, tetapi sayangnya itu tidak kualami dan tidak kurasakan.  


          Mamaku entah dengan alasan apa dia telah menterlantarkan aku dan adikku, padahal hubungan mama dan papa baik - baik saja dan merekapun menikah atas dasar cinta, tetapi mengapa mama seperti tidak menginginkan kehadiran  kami dalam hidupnya.

  
           Maya yang masih bayi tidak pernah dibawa kedokter, puskesmas atau posyandu untuk diimunisasi, mungkin hanya imunisasi pertama yang kudapatkan yaitu imunisasi yang kudapatkan saat aku baru dilahirkan, bukan karena masalah materi karena papaku seorang wiraswastawan yang cukup berhasil, makanya papa sering meninggalkan kami untuk urusan bisnisnya diluar kota, sehingga papa tidak pernah tahu perlakuan mama kepadaku.


          Tubuhku sangat kurus karena aku sering terserang diare dan tubuhku sangat rentan oleh penyakit, saat aku berusia 2.5 tahun aku belum bisa berjalan dan belum bisa bicara, hingga suatu hari tiba - tiba badanku terkena panas tinggi dan kejang - kejang, untung waktu itu papa sedang ada di rumah, sehingga dengan sigapnya papa membawaku ke rumah sakit.


          Aku sempat koma 3 hari, disaat aku koma itulah tante dari papaku datang, mama dan papaku habis - habisan dimarahi oleh tanteku, "kalau kalian tidak bisa mengurus anak ini, nanti kalau dia sembuh b iar aku yang mengurusnya," ujar tanteku dengan geramnya sedang papa sama mama hanya tertunduk diam, rupanya tenteku mencari tahu semuanya dari pembantu kami.


         Tiga hari sudah aku koma, tanteku menangis tersedu - sedu sambil menggenggam tangan mungilku," Maya cepat sembuh yach sayang....nanti kalau sudah sembuh Maya tinggal sama tante saja, tante tidak tega melihat keadaan kamu seperti ini nak." Tantepun berdoa pada Allah " ya ...Allah seandainya anak ini masih bisa sembuh, sembuhkanlah dia dan biarkan hamba yang merawatnya, namun bila sudah tak mungkin lagi untuk sembuh, ambilah dia ya ....Allah, tapi jangan siksa dia seperti ini." Tiba - tiba tangan mungilkupun bergerak dan tantekupun sangat bahagia, akhirnya akupun siuman dari koma.



         Tapi ternyata penderitaanku tidak hanya sampai disitu, karena umurku sudah 2.5 tahun lebih belum bicara tante memeriksakanku ke THT, ternyata dari situ diketahui bahwa aku memiliki masalah dengan pendengaranku itu yang menyebabkan aku tidak bisa berbicara, gangguan pada pendengaranku bukan bawaan dari lahir, dokter bilang karena aku sering kena panas tinggi, atau mungkin ada kesalahan waktu mama memandikan aku dan membersihkan kupingku, seharusnya orang tuaku mengetahui ini sejak awal, dan akupun harus rutin terapi, kalau tidak aku akan menjadi tuna rungu dan tuna wicara . Begitu telatennya tanteku selain ke THT aku juga dibawa ke ahli gizi, aku bisa dibilang kekurangan gizi, sehingga badanku sangat kurus dan kakiku tak cukup kuat untuk berjalan, karena belum mendapatkan imunisasi akupun dibawa ke dokter anak setiap bulan untuk diimunisasi, tanteku betul- betul menjadi malaikat penolong bagiku, kalau tidak ada dia entah apa yang terjadi padaku, kemungkinan buruknya aku meninggal, kemungkinan lainnya aku akan menjadi anak cacat.


          Pada saat umurku 4 tahun aku sudah bisa berjalan dan pendengaranku pun mulai membaik, sehingga aku mulai bisa bicara, tapi yang kuherankan mamaku masih tetap tidak perduli denganku malah sepertinya sangat senang dengan tidak adanya aku disisinya.   Mamaku hamil lagi saat usiaku hampir 8 tahun, saat itu aku sudah duduk di kelas 3 SD, aku sudah tumbuh menjadi anak yang normal, alhamdulillah Allah telah menolong aku lewat tanteku tercinta.


          Aku sangat senang waktu mama melahirkan, ternyata mama memberiku adik laki - laki yang sangat tampan dan montok, aku sering diantarkan tanteku untuk menemui adik dan mamaku, atau kalau papa sedang tidak keluar kota papa yang menjemput aku pulang ke rumah, kalau malam aku kembali pulang ke rumah tante karena aku tetap saja tidak mau tidur di rumah mama, karena kulihat sikap ketidak pedulian mama.   Aku sangat bahagia sekali memiliki adik, seperti punya mainan baru, tetapi lagi - lagi aku kembali dibuat bingung dengan sikap mama, mamapun tidak mengurusi adikku sama seperti tidak mengurusku, dia hanya mengurusi kami kalau di depan papa, persis seperti ibu tiri, atau mungkin lebih kejam mamaku daripada ibu tiri.


          Karena sikap mama adikkupun sering sakit - sakitan, adikku mengalami persis seperti apa yang kualami, dia sering panas tinggi dan sering diare, tetapi badan adikku tidak kurus seperti aku dulu.  Saat adikku berumur 1.5 tahun tiba - tiba dia terkena diare tidak berhenti - henti, mama hanya memberi obat - obatan sekedarnya, setelah 3 hari terkena diare tiba - tiba badannya panas sangat tinggi, untung waktu itu tante datang ingin menjemputku sepulang dia kerja, sudah beberapa hari ini yang mengantar jemputku adalah pembantu.


         Alangkah terkejutnya tante melihat kondisi adikku, dia segera membawa adikku ke Rumah Sakit, adikkupun dirawat, dan lagi - lagi kejadian yang terjadi padaku terulang pada adikku, adikku koma dia sudah terlalu banyak kehilangan cairan, karena badannya gemuk dan kondisinya sudah parah suster bilang urat - urat nadinya sudah mengecil, suster kesulitan untuk memasang infus, akhirnya mengambil urat nadi dikaki , dengan cara membelek  daging kaki baru bisa menusukan jarum infus, tak bisa kubayangkan betapa menderita dan sakitnya adikku, aku dan tante menangis melihat pemandangan seperti itu, tapi tidak dengan mamaku, saat itu rasa benciku pada mama tak bisa kukendalikan lagi, kuberlari kearah mama, kupukuli mama dengan tangan kecilku.


          Disaat adikku koma , lagi - lagi tanteku berdoa, " ya....Allah seandainya anak ini masih bisa sembuh, sembuhkanlah dia tapi kalau sudah tidak bisa, ambilah dia ya ....Allah, daripada dia hidup menderita dengan orang tua yang tidak bertanggung jawab." Tante memegang tangan mungil adikku, sambil menciuminya, " Iman sayang kamu masih kuat nak? Kalau kamu masih kuat bangunlah sayang, tapi kalau kamu sudah tidak kuat lagi, pergilah....kembalilah pada-Nya, Allah lebih menyayangimu daripada Mamamu, " tiba - tiba tangan mungil yang sedang digenggam tanteku terkulai lemas, adikku telah pergi......


         Aku sangat terpukul dengan semua ini apalagi sejak kepergian adikku, kali ini tante sama sekali tidak mengijinkan aku untuk ke rumah mama, dia takut aku mengalami hal yang sama dengan adikku, tapi sesungguhnya tanpa dilarang sama tantepun aku tidak ingin bertemu dengan mama, kepergian adikku begitu menorehkan luka dihatiku, dan menyematkan rasa benciku pada mama, okelah aku bisa memaafkan perlakuan mama kepadaku, tapi tidak dengan perlakuannya kepada adikku yang menyebabkan kepergian adikku.


        Sejak meninggalnya adikku dan kesibukan tante ditempat kerjanya yang tidak bisa ditinggalkan,  akhirnya tantepun memutuskan untuk membawaku ke Medan dan disana aku tinggal bersama nenek dan kakekku dari papaku, akupun hidup tentram jauh dari mamaku, walaupun bayangan - bayangan yang menyakitkan dimasa lalu sering kali muncul, tetapi pendidikan agama yang kudapatkan bisa sedikit demi sedikit meredamnya. Hanya satu pertanyaan yang sampai saat ini masih menari - nari dibenakku, pertanyaan itu untuk mamaku, APA SALAH KAMI MAH???? Mengapa mama begitu tega pada kami????. 

Jumat, 13 Juli 2012

Indra ke Enam

Aku seorang wanita yang sudah menikah dan memiliki seorang gadis kecil yang cantik.
Sejak kecil aku sudah memiliki kelebihan, aku memiliki indra ke 6, aku seakan-akan hidup di 2 alam, aku bisa melihat dua kehidupan yang berbeda, tapi alhamdulillah Allah memberiku kekuatan untuk menjalani ini semua.   

Tak jarang mahluk - mahluk dari alam lain itu, menggodaku bahkan mengajakku untuk bersekutu, tapi aku selalu berlindung kepada Allah untuk semua godaan - godaan itu.

Waktu aku masih gadis, aku bekerja sebagai seorang kasir di sebuah restoran, suatu hari aku dapat giliran shift ke 2, keluar dari restoran kira kira jam 12 malam, aku berdua temanku menuju statsiun kereta api, kami akan naik kereta jurusan Jakarta -Bogor, karena rumah kami di Bogor.

Sesampai di statsiun tiba - tiba  ada kereta berhenti, temanku langsung loncat naik ke kereta itu,sementara aku masih tertegun di bawah, tiba - tiba tanganku ditarik oleh temanku, akhirnya akupun naik, karena kebetulan kereta penuh kami berduapun terpaksa berdiri.

"Ko tumben jam segini kereta penuh ya nit?" tanya temanku sambil berbisik.
Aku tak menjawab apa - apa,  tiba - tiba berbagai aroma tak sedap menusuk hidung kami,
"Bau apaan sich ini?" temanku kembali bertanya. Aku tetap tak menjawab pertanyaanya..
"Nit ko ditanya diam saja sich? kamu mencium bau busuk tidak nit?'
"sudahlah diam saja jangan cerewet, jangan banyak tanya, kamu lihat   ke depan  saja, jangan tengak tengok?"
"Emang ada apa Nit?"
"sudah aku bilang kamu diam saja." jawabku agak jengkel.

Tak lama kamipun sampai di statsiun Bogor, begitu kereta itu berhenti aku langsung menarik tangan temanku untuk turun, temanku terheran - heran.
"Kok cepat sekali yach sampainya? masa Jakarta-Bogor cuma 1 menit."
"Sudah jangan banyak tanya nanti di rumah kuceritakan semua."
Karena penasaran ingin mendengarkan ceritaku, akhirnya temankupun nginap di rumahku.

sesampainya kami di rumah dia langsung bertanya kepadaku.
" Tadi ada apa sebenarnya Nit?"
"Tadi itu kita naik kereta setan." jawabku.
"Hah....."  temanku tercengang .
"Tadikan aku sudah tidak mau naik kereta itu, tapi kamu menarik tanganku, yach.. terpaksa dech aku naik."
"Kenapa kamu tidak bilang - bilang Nit," kata temanku sambil  menggoyang - goyangkan badanku.
" Repotlah kalau kamu tahu, bisa - bisa kamu pingsan, trus yang mau ngangkat kamu siapa?
" Jadi siapa orang - orang yang ada di kereta tadi nit?" tanya temanku     sambil tengok kanan dan kiri,lama- lama dia menggeser duduknya mendekati aku, aku hanya tersenyum melihat tingkahnya.
" Betulan nich mau aku ceritain ? belum apa - apa kamu sudah ketakutan seperti itu," dia menganggukan kepala tapi tangannya memengang erat tanganku.
" Mereka itu korban kecelakaan kereta api, kalau kamu melihat wujud mereka tadi pasti kamu pinsan, ada yang lidahnya menjulur, ada yang kepala buntung, ada yang matanya keluar, ada yang mengeluarkan darah dari kepala, wah pokoknya macam - macam bentuknya, " tiba - tiba temanku memeluk erat tubuhku.
                                              

                                                               **************
Kini setelah menikah aku bekerja disebuah pabrik, dari pertama masuk bekerja aku sudah merasakan banyak sekali mahluk - mahluk penghuni pabrik itu yang bisa dibilang sangat usil, mereka cenderung mengganggu karyawan - karyawan pabrik terutama mereka yang pikirannya selalu kosong, sering melamun dan tidak pernah mengingat Allah.

Mereka selalu menggodaku dan selalu bilang ingin berkenalan dan berteman denganku, aku selalu menolak setiap permintaan mereka, tak jarang ada yang mengikutiku sampai rumah, tak jarang juga mereka berusaha untuk menganggu anak dan suamiku, aku selalu berusaha mengusir mereka dengan cara berlindung kepada Allah .

Begitu usilnya mahluk - mahluk itu terkadang sampai telphon genggamkupun disabotase oleh mereka, kalau aku sedang bekerja, hand phonku selalu kuletakan didalam laci meja kerja, terkadang  teman2 atau atasanku yang ingin menghubungiku dilapangan, mau tidak mau mereka harus menelponku ke HP, tapi mereka bilang selalu suara anak- anak atau suara laki- laki, atau suara perempuan yang tertawa cekikikan yang mengangkatnya, mereka pikir HP tertinggal dirumah, aku bilang kalau hand phonku selalu kutinggalkan dilaci meja, sejak itu kalau sedang jam kerja tidak saru orangpun yang berani menelponku.

Begitu banyak kejadian - kejadian aneh yang kualami,  kalau yang tidak kenal siapa aku mungkin akan berpikir kalau aku ini agak gila, karena tak jarang aku terlihat bicara sendiri, padahal aku sedang berbicara dengan mahluk - mahluk dari alam yang berbeda, terkadang aku kelihatan sering seperti orang bengong padahal aku sedang memperhatikan kehidupan di alam lain yang tidak semua orang bisa melihatnya.

Ya.....Allah aku tahu semua ini adalah anugerah dari - Mu, aku hanya memohon kepada - Mu, kuatkanlah selalu imanku dan bimbinglah selalu aku agar selalu berada dijalan - Mu.

Minggu, 08 Juli 2012

Tahajud Yang Melindungiku

Aku adalah seorang petani biasa, anak pertamaku perempuan dan anak.ke duaku laki- laki, anakku yang laki- laki sudah setahun ini terkena penyakit Exim basah dikedua kakinya. Obat - obat dari Puskesmas tidak bisa menyembuhkannya, aku tidak bisa membawa anakku berobat ke Rumah Sakit atau ke membawanya ke spesialis kulit karena pendapatanku yang cuma pas - pasan buat makan. Obat - obatan tradisioanl sudah kucoba semua tetapi penyakitnya tidah kunjung sembuh juga, tetapi aku dan istriku tidak pernah jera untuk selalu mencoba setiap ada yang menyarankan obat ini dan itu pasti aku akan berusaha mencari dan mencobanya walaupun nanti hasilnya nihil. Suatu waktu ada seorang teman yang menyarankan padaku untuk memberi anakku makan daging ular , " insya Allah nanti korengnya sembuh." katanya. Awalnya aku agak ragu - ragu tapi aku akan mencoba mencari daging ular itu. Sore itu sepulang bekerja di sawah aku asyik berjalan sambil menikmati suasana sore yang sangat cerah, tiba - tiba seekor ular berwarna hitam berukuran sedang melintas dihadapanku, dengan spontan kuayunkan cangkulku dan tepat mengenai kepala ular itu, dalam sekejap ular itupun terkapar. Sesampai di rumah kukuliti ular itu lalu dagingnya dimasak oleh istriku, setelah matang diberikan padaku untuk dimakan, aku bilang pada anakku itu daging belut karena takut dia tidak mau memakannya kalau tahu itu daging ular, anakkupun memakannya tanpa banyak tanya. Selasai Shalat isya seperti biasa kecapean, kira - kira jam setengah 12 malam tiba2 aku terbangun kaget, seperti ada yang membangunkanku, aku terduduk dipinggir tampat tidur, kulihat anak dan istriku tertidur lelap, "astghfirullah al'azhim," gunamku sambil mengusap muka. Malam ini kurasakan sangat sunyi sekali sekali dan kurasakan ada hal - hal yang aneh yang membuat bulu kudukku merinding, biasanya aku terbangun jam 3 malam, biasanya aku sholat Tahajud dan dilanjukan dengan membaca Al - Qur'an sampai menjelang sholat Subuh lalu aku sholat Subuh di Masjid. Tapi karena malam itu aku terbangun lebih awal kupikir lebih baik aku berniat Tahajud lebih awal, akupun langsung beranjak ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, untuk menepis perasaan - perasaan aneh yang menggangguku, aku terus beristigfar dalam hati. Akupun memulai sholat Tahajud dan perasaanku muali tenang, tepat jam 12 malam tiba - tiba angin diluar sana terdengar sangat kencang dan bulu kudukku kembali merinding, selasai sholat kuambil Al - Qur'an dan aku mulai membacanya. Tiba - tiba samar - samar kudengar suara kuda, suaranya semakin lama semakin jelas, pasukan berkuda itulah tepatnya, anak - anak dan istrikupun terbangun karena mendengar suara tersebut, karena merasakan ada yang aneh, segera aku menyuruh anakku yang besar dan istriku untuk segera mengambil wudhu dan melaksanakan sholat, sementara anakku yang kecil aku pangku dan aku terus melanjutkan membaca Al - Qur'an. Suara - suara kuda itu seperti berputar mengelilingi rumahku, tiba - tiba kudengar suara - suara memanggil - manggil namaku. " Imbron...Imbron......keluarlah, mari ikut dengan ke Istana, kau harus bertanggung jawab karena telah membunuh pangeran kami," suara itu begitu jelas sekali. Aku menyarankan kepada keluargaku untuk tetap tenang dan terus melanjutkan Tahajud, sedangkan aku tetap membaca Qur'an, aku semakin tahu yang kuhadapi ini bukan manusia. " Imbron...Imbron cepatlah keluar, kamu harus ikut dengan kami ke istana, keluarlah ..Imbron, kami tidak bisa masuk ke dalam rumahmu, rumahmu seperti dipagari sesuatu yang membuat kami merasa panas," suara - suara itu terus terdengar, semakin lama aku semakin bisa mengendalikan rasa takutku, begitu juga dengan anak dan istriku, kami bertiga membaca Qur'an dengan khusu, tak kuhiraukan lagi suara - suara panggilan itu, dihatiku hanya ada satu keyakinan Allah sedang melindungiku dan keluargaku. Menjelang Subuh suara pasukan berkuda itu terdengar pergi meninggalkan rumahku. Setelah semuanya tenang istriku bertanya kepadaku. "Sebenarnya apa yang terjadi pak? Mengapa mereka bilang ingin membawamu ke istana karena kamu telah membunuh pangeran mereka, apa maksudnya? aku tidak mengerti, tanya istriku. "Akupun tidak tahu bu," jawabku. "Coba bapak ingat - ingat lagi, atau mungkin ular yang bapak bawa tadi, dimana bapak mendapatkannya?" Tiba - tiba aku teringat, oh....iya aku membunuh ular itu didekat dua buah batu yang sangat besar yang orang bilang itu tempat pemujaan. " Iya bu aku baru ingat aku membunuh ular itu didekat dua batu besar yang orang bilang itu tempat pemujaan." " Ya ampun pak kenapa bapak gegabah?" tanya istriku sepertinya sangat cemas. "Ya sudahlah bu, semuanya sudah terjadi, kita hadapi saja semua, insya Allah tidak akan terjadi apa - apa dengan keluarga kita, seperti malam ini Allah telah melindungin kita sekeluarga." Dimalam - malam berikutnya pasukan berkuda itu kembali datang, tetapi kali ini kami sudah semakin siap menghadapinya, karena kami yakin Allah selalu bersama kami dan akan terus melindungi kami lewat Tahajud kami. Kejadian - kejadian aneh itu berlangsung selama satu minggu, dan alhamdulillah setiap mereka datang untuk menjemputku, aku dan keluargaku sedang melaksanakan sholat Tahajud, setelah seminggu berlalu mereka tidak pernah datang lagi. Alhamdulillah ya....Allah, Engkau telah melindungiku dan keluargaku lewat Tahajud kami, dan maafkan aku ya....Allah yang tidak sengaja telah mengganggu kehidupan mahluk lain.

Anak - Anakku Sayang

Suatu saat nanti aku akan menjadi renta dan aku tak lagi ramah...dan mungkin tak mengenali diriku lagi... Ketika aku berantakan saat aku makan...tidak dapat lagi mengenakan pakaian dengan baik. Ingatlah waktu dimana aku pernah mengajari semuanya kepadamu. Jika aku berbicara kepadamu...dan mengulangi kata-kataku beberapa kali...dengarkanlah aku, dan jangan kau marahi aku. Saat kau masih kecil, aku mengajarkanmu agar kau mengenal Tuhanmu, bernyanyi dan membacakan cerita beberapa kali hingga kau tertidur lelap. Ketika aku tak mampu mandi sendiri, jangan marahi aku atau tak mau membantuku mandi. Aku telah membantumu dengan ikhlas sampai engkau mampu mandi secara mandiri. Ketika aku tak mengerti perkembangan teknologi di zamanmu, berilah aku kesempatan untuk mengertinya, jangan kau berikan aku senyuman yang menyakitkan. Aku telah mengajarkan semuanya kepadamu...untuk makan dengan baik...berpakaian yang rapi...untuk menjadikan hidup ini menyenangkan untukmu. Ketika saatnya nanti ingatanku sudah mulai tidak baik atau pengucapanku sudah mulai tak teratur...berikan waktumu agar aku bisa mengingatnya kembali...Dan bila aku tak mampu mengerjakannya, janganlah kau panik. Pada saat seperti itu yang terpenting bukan apa yang aku hendak katakan, tetapi yang lebih penting adalah tunjukkan bahwa kau mendengarkanku. Jika aku tak mau makan, jangan paksa aku, karena aku tau persis kapan aku ingin makan atau tidak Ketika kakiku mulai renta...tak mampu untuk berjalan...jangan hanya tongkat yang engkau berikan kepadaku... Ulurkanlah tanganmu...persis seperti yang aku lakukan ketika engkau baru pertama kali berjalan. Ketika saatnya tiba dan aku katakan kepadamu bahwa aku aku tak akan hidup lebih lama lagi...jangan marah...suatu saat nanti kau pasti faham akan hal itu. Cobalah mengerti...bahwa usiaku bukanlah kehidupanku, tetapi bagaimana aku bisa bertahan hidup. Suatu saat nanti kau akan temukan, mungkin dengan kesalahan yang pernah kubuat...aku selalu mengerjakan yang terbaik untuk dirimu. Janganlah terlalu sedih...marah atau menganggap penting melihat aku ada di sisimu. Engkau akan menjadi pewarisku, berusahalah untuk mengerti dan membantuku sama seperti aku membantumu ketika awal kehdupanmu. Bantu aku berjalan...Bantu aku mengakhiri jalanku dengan cinta dan kehangatan. Aku hanya bisa membayarmu dengan senyuman manis dan cintaku yang tulus yang selalu aku berikan kepadamu Aku mencintaimu...anak-anakku. (Ayah & Ibu)

Kamis, 05 Juli 2012

Mengenang Ramadhan Dimasa Kecil

Sebentar lagi Ramadhan akan datang, tiba - tiba aku teringat masa kecilku, masa dimana aku baru belajar berpuasa dan tinggal di desa bersama kakekku tercinta.
Orang - orang di desa biasanya sangat antusias bila menyambut datangnya Ramadhan, kebetulan waktu itu di desaku belum ada listrik maka saat menjelang Ramadhan  biasanya seluruh jalan di pedesaanku akan dipasangi obor, hingga suasana di desaku sangat terang benderang.

Aku baru belajar puasa Ramadhan saat usiaku 6 tahun waktu itu aku kelas 1 SD, karena sejak kecil aku tinggal bersama kakek maka kakeklah yang selalu membimbing dan mengajari aku sholat, membaca Al- Qur'an dan puasa Ramadhan.VT

Kakekku seorang pensiunan Veteran, sikapnya selalu tegas termasuk dalam membimbingku belajar Agama, beliau selalu memiliki trik - trik jitu yang membuatku tidak pernah bisa menolak setiap ucapannya.

Kelas 1 SD adalah tahun pertamaku melaksanakan puasa Ramadhan, kakek mulai memasang triknya, beliau sangat tahu makanan kesukaanku, roti isi kelapa dan gula merah (unti).

" Leni mau roti ini?" tanya kakek sambil memamerkan sebungkus roti kesukaanku, sebungkus roti isinya 5 buah.
"Mau." jawabku spontan.
"Boleh, bahkan setiap hari akan kakek belikan tapi ada syaratnya."
"Apa syaratnya kek?" tanyaku dengan semangat.
"Besokkan kita mulai puasa Ramadhan, kalau Leni mau mendapatkan roti satu plastik ini, harus puasa sampai Maghrib, bagaimana sanggup?"
"Sanggup kek." Jaowabku
"Tapi kek ...klu aku cuma puasa setengah hari bagaimana?"
"Berarti dapat rotinya cuma 2, klu sampai Ashar dapat 3, kalau sampai Maghrib baru kakek kasih roti satu plastik ini." jawab kakek sambil tersenyum.
"Aku mau dapat satu plastik kek, aku janji aku akan puasa sampai Maghrib."
"Bagus sayang...itu baru cucu kakek, ujar kakek sambil memeluk tubuh kecilku, lalu diciumnya keningku  sambil berkata " kakek tahu kamu anak yang hebat, kamu pasti bisa sayang."


Keesokan harinya aku memulai puasa Ramadhan pertamaku dengan mengharapkan hadiah roti dari kakek, untuk mendapatkan seplastik roti yg berisi 5 buah aku harus berjuang puasa sampai Maghrib, aku tidak mau hanya mendapatkan dua atau tiga roti saja, akhirnya akupun dapat menyelesaikan puasa Ramadhanku sampai Maghrib, dan perjuanganku tidak sia - sia , akupun mendapatkan hadiah yang kakek janjikan.

Melihat kesungguhanku menjalankan puasa kakekpun mulai menjanjikan sesuatu yang lain.
"Kalau Leni sholat tarawihnya satu bulan penuh nanti kakek belikan baju baru, bagaimana mau?" tanya kakek sambil menatapku yang sedang asyik melahap roti hasil perjuanganku seharian menahan lapar dan haus.
"Mau kek......" jawabku dengan suka cita.
"Ada satu lagi, kalau Leni bisa puasa satu bulan penuh dibuka puasa terakhir selain sebungkus roti kakek juga akan memberikan satu buah kelapa muda khusus buat Leni."
Wah lagi2 kakek memberikan tawaran yang menarik buatku.
"Aku mau sekali kek."
Kakekpun tersenyum dipeluknya tubuh mungilku.
" Selamat berjuang gadis kecilku, kakek tau kamu bisa melalui ini semua sampai kau benar2 menjadi pemenang kelak."
Aku yang masih kecil tidaklah mengerti apa yang dikatakan kakek padaku, yang kutau aku tidak ingin meninggal sholat tarawih dan puasa di bulan Ramadhan ini, karena jika aku bisa menyelesaikan semuanya selama  satu bulan penuh, hadiah yang indah telah menantiku di penghujung Ramadhan dari kakekku tercinta.


                                                                        *****

Kalau hadiah dari kakekku saja sudah begitu menggiurkan lalu bagaimana dengan hadiah dari Allah?? Dibulan Ramadhan Allah akan melipat gandakan seluruh amal perbuatan kita.
Allah telah mengistimewakan bulan Ramadhan dari bulan - bulan yang lainnya
dengan berbagai keutamaan.

- Puasa di bulan Ramadhan
"Barang siapa karena keimanan dan semata mata mengharap pahala niscaya diampuni  dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhori dan Muslim)

- Shalat Tarawih
"Barang siapa menunaikan qiyamullail pada bulan Ramadhan niscaya diampuni dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhori dan Muslim)

- Shadaqah
"Seutama utamanya shadaqah adalah shadaqah di bulan Ramadhan (HR. Tirmidzi)

- Perbanyak membaca Al - Qur'an
Malaikat Jibril pertama kali memperdengarkan Al - Qur'an kepada Rasulullah pada bulan Ramadhan.

- malam Lailatul Qadar
Barang sisapa shalat di malam Lailatul Qadar  karena keimanan dan mengharap pahala, niscaya akan diampuni dosanya yg telah lalu (HR. Bukhari dan Muslim)

- Umrah di bulan Ramadhan
Umrah di bulan Ramadhan sama seperti ibadah haji (HR. Bukhari dan Muslim)


"MARI KITA SAMBUT RAMADHAN DENGAN HATI YANG BERSIH, IKHLAS SEMATA - MATA MENCARI RIDHO ALLAH SWT"